Selasa, 23 Desember 2014

Calang

Calang yang merupakan ibukota kabupaten Aceh Jaya, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam adalah kota yang terkena dampak tsunami 2004 paling besar. Sekitar 99% kota ini hancur oleh tsunami. Pertama kali saya ke kota ini pada awal tahun 2006 sebagai pekerja psk (pekerja sosial kemanusiaan, istilah kami para staff NGO). Bagi saya pribadi, bekerja di Calang merupakan hal yang sangat membekas dalam hidup saya. Bagaimana tidak, kami bekerja dilingkungan yang berat, semua serba terbatas, baik itu tempat tinggal, listrik, sanitasi, jalan berlobang dan berlumpur. Cuaca yang panas, tidak ada pohon-pohon apalagi AC, hiburan, mall, makanan enak dan sebagainya. Tapi hal inilah yang membuat kami sebagai team semakin kuat, saling mendukung, senasib, berat sama dipikul dan lain-lain. Tidak ada perbedaan ras, suku bahkan negara, semua individu bersatu dan saling menjaga kekompakan. 

Dan dibalik semua kesulitan, hambatan dan rintangan ketika bekerja dalam masa darurat, alam memberikan keindahannya. Langit Aceh terkenal cantik, apalagi ketika sunset dan sunrise nya. 



Awal tahun 2006 saya menetap di Calang dimana saya bergabung dengan INGO Merlin selama 1,5 tahun. Bangunan kantor kami yang seadanya dibangun oleh bantuan Jawa Pos, berlokasi di desa Sentosa, Calang. Disini lah kami menjalani hari demi hari bekerja keras membantu masyarakat. Sungguh Tuhan maha adil, pagi hari kami disuguhkan sunrise yang begitu cantik untuk memulai pekerjaan yang berat sepanjang hari, dan ketika sore kami kembali disuguhkan pemandangan yang begitu indah untuk melepaskan penat dan beban pekerjaan.




Disini saya mulai belajar fotografi, mencoba menangkap momen alam yang indah ini, Sebagai saksi bahwa kota calang adalah surga bagi kami pada saat itu. Tempat dimana kami para pekerja sosial kemanusiaan akan selalu mengingat semua memory ini. Susah, senang, sakit, sehat, berat, ringan dan lain-lainnya. Dalam tulisan ini saya kembali mencoba untuk menceritakan tempat-tempat saya mengabadikan kecantikan alam Calang

1. Pantai UN
Kami menyebutnya pantai UN karena UNHCR membangun compound di pantai ini. Compound UN ini berada di belakang compound Merlin. Ini juga membuat kami iri karena pemandangan kami tertutup kearah pantai. Ada satu tempat yang cantik di sebelah pantai ini, tapi kita harus melewati bukit batu yang tinggi. Tapi setelah kita bersusah payah melewatinya, kita akan mendapatkan pantai yang alami, belum tersentuh dan masih perawan. Pesisir pantai yang porak poranda sebelumnya perlahan tumbuh alami, tanpa bantuan manusia. Dari tempat ini yang nampak hanya pantai, beberapa pulau kecil, dan bukit di sekelilingnya. 






2. Pelabuhan calang
Pelabuhan adalah tempat yang paling cepat jika saya ingin berburu sunset. Ketika saya melihat langit begitu bagus dari kantor, saya akan langsung mengambil sepeda dan mengejar sunset tersebut. Ah, langit aceh memang indah, kita tidak perlu lagi mengedit warna-warna indah ini.





3. Lhok kubu.
Pantai lhok kubu mempunyai teluk kecil dan diapit oleh 2 bukit. Pantai ini cocok jika ingin berenang. Ombaknya tidak begitu besar. Jika hanya ingin menikmati sunset, cukup sampai bukit nya saja. Kita bisa melihat lautan lepas dari ketinggian dan merasakan panorama yang berbeda.




4. Pantai Kuala Do.
Pantai ini adalah pantai favorit saya dan teman-teman (staf merlin). Pantai yang sebelumnya kotor berlumpur mulai bersih. Sampah-sampah kecil mulai hilang, menyisakan pohon-pohon yang besar sebagai saksi sejarah peristiwa terbesar umat dunia. Pohon kelapa yang masih ada menambah indahnya pantai ini.  



Pantai ini luas dan landai, cocok untuk bermain bola. Hampir tiap weekend kami sekantor pergi ke pantai ini. Kadang kami mengadakan acara bakar ikan, ayam, mandi-mandi, bergaya narsis kami lakukan di pantai ini. Sering juga kami berselancar, karena ombaknya yang besar.





Setelah puas beraktivitas, sesaat sebelum pulang kami bersantai menikmati sunset. Sambil berbicara, bercerita, bercengkrama bersama diiringi oleh matahari yang perlahan mulai turun. Alam yang begitu indah, langit-langit yang berwarna emas menjadi penghias mata dan tubuh akan lelah. 




5. Cafe cinta.
Cafe ini terletak di daerah Lageun, sekitar setengah jam perjalanan dari Calang ke Banda Aceh. Di jalan yang berbukit dan langsung berjurangkan laut, banyak kedai-kedai kecil. Dinamakan cafe cinta karena dari tempat ini kita bisa langsung menyaksikan panorama laut. Saat itu hampir semua pekerja kemanusian jauh dari kelurga, istri, pacar, dll hanya bisa membayangkan kapan ya bisa duduk bersantai bersama-sama mereka.




6. Krueng sabee
Kruengsabee adalah salah satu kecamatan di kab aceh jaya, berjarak kira2 setengah jam dari calang. Nama Krueng Sabee adalah nama sungai yang membelah kota kecil tersebut. Sungai yang berarus tenang ini tidak terlalu dangkal, dan anda bisa bersampan dari kota Krueng Sabee hingga ke hulu. Tepat di Desa Bunta ada lubuk yang dalam, sehinga cocok untuk berenang. 




Calang Paradise, begitulah saya dan teman-teman mengingatnya. Tsunami telah merobah jalan hidup banyak orang, termasuk para pekerja sosial. Sampai saat ini silaturahmi kami tetap terjaga dengan baik walaupun kami sangat berjauhan di berbagai negara. Dibalik musibah yang begitu dahsyat, muncul alam-yang begitu indah. Kuasa-Nya lah merubah alam ini, dan menjadi pembelajaran bagi Umat Manusia di muka bumi.

Foto Pilihan Editor 19 Juli 2006, Fotografer.net

Foto Pilihan Editor, 24 Juli 2006, Fotografer.net





Minggu, 21 Desember 2014

Danau Toba

Pertengahan 2006, saya berkesempatan mengikuti acara Workshop yang diadakan oleh kantor di Danau Toba. Awalnya hanya staff level supervisor dan manajer yang ikut, tapi berhubung saya walaupun ber label officer tapi pekerjaan Supervisor, maka saya di ajak juga (hehe... sombong dikit jangan iri yang teman2). 

Siapa yang tidak kenal Danau Toba yang merupakan Ikon Wisata Indonesia ini. Kebanyakan expat yang suka dengan vulkanik tahu tentang sejarah Danu Toba. Saya sendiri sudah pernah melihat Danau Toba sebelumnya, tapi hanya sebatas pinggiran saja, ketika kadang-kadang saya pulang kampung dari Medan ke Padang melewati kota Parapat. Danau Toba adalah sebuah danau vulkanik dengan ukuran panjang 100 kilometer dan lebar 30 kilometer yang terletak diProvinsi Sumatera Utara, Indonesia. Danau ini merupakan danau terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara. Di tengah danau ini terdapat sebuah pulau vulkanik bernama Pulau Samosir.

Rombongan kami sampai di parapat pada sore hari dari Banda Aceh - Medan. Cuaca cukup cerah, sehingga kami bisa melihat keindahan danau Toba sesaat turun dari bus. Di dermaga, berjejer kapal yang akan menyeberangkan kami ke Pulau Samosir. Kapal-kapal tersebut terbuat dari kayu, berwarna-warni dan bertingkat, bergaya kapal pesiar versi tradisional. Bagi saya kapal-kapal tersebut cukup menarik karena saya jarang melihat dan naik kapal seperti ini. Cara lain kita menyeberang ke pulai Samosir yaitu dengan kapal fery penyeberangan.




Dari atas kapal, kita bisa menikmati pemandangan danau toba yang begitu indah. Danau terbesar di Indonesia ini memberikan suasana alam yang begitu cantik. Angin yang dingin dan segar menerpa wajah dan tubuh yang langsung menghilangkan kepenatan badan dan pikiran. Tebing-tebing yang terjal menambah keindahan ciptaan Tuhan ini.

Kapal yang membawa kami langsung menuju hotel tempat kami akan melangsungkan kegiatan workshop selama 3 hari. Segera setalah cek in, langsung saja ke tepi danau untuk bersantai menikmati Danau Toba. Suasana yang tenang dan alami, ditambah dengan hembusan angin yang dingin sangat menyejukkan, hmmm begitu indahnya...





Keesokan harinya, saatnya kami mengekplorasi Danau Toba dan melihat wisata sejarah dan budaya . Dari hotel, kami kembali naik kapal menujut Tuktuk. Di perjalanan kita bisa melihat hotel-hotel di sepanjang pinggir pantai Danau.


Tempat pertama yang kami kunjungi adalah perkampungan Huta Siallagan. Perkampungan ini dibangun pada masa raja huta pertama yaitu Raja Laga Siallagan. Kemudian diwariskan kepada Raja Hendrik Siallagan dan seterusnya hingga keturunan Raja Ompu Batu Ginjang Siallagan. Saat Anda memasuki Huta Siallagan maka nampak tidak banyak berbeda dengan umumnya kampung lain di Tanah Batak, yaitu terdiri atas deretan ruma bolon dansopo.


Yang menarik di sini adalah deretan batu-batu berbentuk kursi tersusun melingkari meja batu. Susunan batu ini disebut Batu Parsidangan dan berfungsi sebagai tempat rapat. Rangkaian batu kursinya meliputi kursi untuk raja dan permaisuri, kursi para tetua adat, kursi raja untuk huta tetangga dan undangan, serta kursi untuk datu (pemilik ilmu kebathinan). 

Menurut cerita, Batu Parsidangan berfungsi untuk mengadili penjahat atau pelanggar hukum adat (kasus pembunuhan, pencurian, pemerkosaan, dan lainnya) dan juga untuk musuh politik dari sang raja. Raja Siallagan akan menggunakan kalender Batak untuk mencari hari baik menggelar sidang bersama para tetua adat. Selanjutnya para tetua adat akan memberikan usul jenis hukuman yang akan diberikan sesuai derajat kesalahan terdakwa. Kemudian Raja Siallagan  akan menetapkan apakah berupa hukuman denda, hukuman pasung, atau hukuman pancung. 

Apabila bersalah dan Raja Sialligan menetapkan hukuman pancung, maka terdakwa di dieksekusi di rangkaian batu sidang kedua. Tubuhnya akan dibedah kemudian dipancung. Tubuh terdakwa akan disayat hingga darah keluar bila perlu ditetesi tetesan jeruk nipis sebelum dipenggal apabila si terdakwa memiliki ilmu kebal. Ada cerita bahwa potongan tubuh terdakwa itu akan dibagikan untuk dimakan beramai-ramai dan bila Raja Siallagan sangat membenci terdakwa maka Raja akan memakan jantungnya. Bagian kepala terdakwa akan dibungkus dan dikubur di tempat yang jauh dari Huta Siallagan. Darahnya akan ditampung dengan cawan untuk dijadikan minuman pencuci mulut serta potongan tubuh dan tulangnya dibuang ke Danau Toba. Sang Raja biasanya akan memerintahkan agar masyarakat tidak menyentuh air danau selama satu hingga dua minggu karena air danau dianggap masih berisi roh jahat.


Selanjutnya kami menuju Tomok, dimana terdapat Makam Raja Sidabutar. Menurut catatan sejarah, Raja Sidabutar adalah orang pertama yang bermukim di Tomok dari Gunung Pusuk Buhit, yang dikenal oleh masyarakat sebagai daerah asalnya nenek moyang etnis Batak. Raja Sidabutar mulai membangun pemukiman di daerah ini sekitar ratusan tahun yang lalu. Ketika kita akan memasuki objek wisata sejarah ini, kita diharuskan mengenakan ulos sebagai tanda kesopanan dan wisatawan harus menghormati dan menghargai leluhur etnis Batak. Cara memakainya adalah dengan menyelempangkannya di bahu. ulos tersebut harus dikembalikan setelah selesai berkunjung ke objek wisata sejarah yang terdapat di kawasan ini.

Makam Raja Sidabutar berbentuk unik dengan petinya yang terbuat dari batu pahatan berupa sarkofagus. Batu tersebut terlihat menyambung antara satu sama lain. Di sebelah makam Raja Sidabutar juga terdapat makam dari beberapa orang keluarga Raja Sidabutar, seperti Raja Tomok kedua yang bentuk petinya hampir menyerupai peti batu Raja Sidabutar, hanya saja ornamennya sedikit berbeda. Dan kemudian terdapat makam Raja Tomok ketiga yang bernama Solompoan Sidabutar, yang letaknya persis di sebelah makam Raja Sidabutar.

Di bagian depan peti batu terdapat pahatan wajah Raja Sidabutar, pahatan tersebut tampak menyambung dengan peti batu. Dan kononnya lagi, besarnya pahatan tersebut sama persis dengan besar wajah asli dengan Raja Sidabutar. Bisa anda bayangkan betapa besarnya Raja Sidabutar dahulu dibandingkan dengan Bos kerja saya ini? :)


Setelah selesai wisata sejarah, saatnya melihat souvenir yang berjejer di kawasan desa Tomok ini. Kita juga bisa melihat langsung proses pembuatan souvenir tersebut. Anda bisa membawanya sebagai oleh-oleh mulai dari T-Shirt, Ulos, berbagai jenis pahatan, asesoris, dll. Jangan lupa, anda harus menawar harganya, jikalau tidak, anda akan membelinya dengan harga tinggi. Untuk para expatriat jangan khawatir, rata-rata pedagang dan masyarakat samosir bisa berbahasa inggris dengan grammar Indonesia. (contoh: Tidak apa-apa = no what what). 




Malam terakhir, kami dihibur oleh pentas kesenian tradisional Batak, Saatnya berjogeet...

Perjalanan ke Danau Toba memang mengasyikkan, dan saya pribadi ingin mengunjunginya lagi. Sungguh disayangkan apabila kita sebagai orang Indonesia lebih memilih berwisata keluar negeri dari pada ke Danau Toba. Para expatriat sendiri banyak yang ingin mengunjunginya. So, rencanakanlah liburan Anda ke danau terbesar dan menjadi ikon wisata di Indonesia ini.

Selasa, 09 Desember 2014

Sabang (part 2)


sambungan dari Sabang (part 1)

3. Gapang
Berbeda dengan Iboih, cottage/penginapan yang ada di pantai gapang mudah dijangkau bahkan oleh kendaraan roda empat. Jarak restoran ke cottage juga tidak terlalu jauh, sehingga lebih cocok bagi anda yang bekeluarga atau membawa barang yang banyak. Tersedia cottage dari harga yang ekonomis hingga yang eklusif. Di pantai ini juga tersedia dive shop, toko souvenir bahkan jika anda lupa membawa kamera underwater tersedia juga jasa penyewaan kamera underwater.


Pantai Gapang mempunyai pasir yang putih, alam yang masih alami dan laut yang indah. Nama Gapang diambil dari nama pohon yang ada di sekitar pantai ini. Pohon yang besar dan teduh akan membuat Anda betah untuk berlama-lama tidur santai di Pantai Gapang. Kegiatan berenang, snorkling dan menyelam juga dapat Anda coba di pantai ini karena lautnya yang jernih, biru dan sangat bersih. Anda juga akan menemukan berbagai macam biota laut seperti ikan dan bintang laut.






Ada hal yang menarik yang bisa anda lihat pada malam hari di Pantai Gapang. Banyak penduduk lokal yang memancing ikan di dermaga di pantai gapang ini. Bahkan anda pun bisa ikut memancing bersama mereka. 




Di pantai Gapang, kalau anda beruntung, anda bisa menikmati sunrise yang indah.



4. Pantai Sumur Tiga

Pantai Sumur Tiga terletak di Gampong Ie Meulee Kota Sabang yang dapat diakses 3-5 menit dari pusat kota. Disini banyak tersedia penginapan dengan fasilitas yang lengkap yang memanjakan anda sebagai tamunya. Penginapan juga berlokasi di pantai dan langsung berhadapan dengan laut.


Nama Pantai Sumur Tiga berasal dari keberadaan tiga sumur air tawar yang terdapat di sepanjang pantai. Dengan pasir putihnya yang cantik dan keadaan alam disekelilingnya yang masih alami, membuat suasana pantai jadi sangat menawan. Jika anda lebih suka bersantai, lebih banyak bermalas-malasan menikmati angin sepoi-sepoi, maka pantai ini cocok untuk anda. Di Pantai Sumur Tiga ini kita bisa menikmati pantai dengan sangat santai, nyaman dan merasa aman. Pasir pantai yang halus berpadu mesra dengan bebatuan di bibir pantai. Air laut yang jernih dan segar dihiasi ombak kecil yang tak henti-hentinya berkejaran, seolah belum cukup semua keindahan itu di sepanjang pantai nyiur kelapa melambai-lambai meniupkan angin sepoi-sepoi.




Jika Anda menginap di pantai Sumur tiga, maka Anda wajib untuk bangun pagi, Pantai ini terletak di bagian timur pulau Sabang, sehingga Anda bisa menikmati Sunrise yang begitu indah. 


Masih banyak lagi tempat-tempat wisata yang bisa anda kunjungi di pulau Sabang, diantaranya:
- Danau Anak Laot
- Pantai Anoi Itam
- Pemandian Air panas Keuneukai
- Pusat Kota Sabang, dll



So, rencanakan liburan Anda untuk pergi ke Sabang. Selamat berlibur...